Minggu, 11 Agustus 2019

My honest opinion of me being stupid

Pernah ada yang bertanya, "Gunanya sekolah tinggi-tinggi tuh apa siih? lulusan SD aja udah bisa jadi orang kaya raya kook, ngapain ngabisin waktu banyak-banyak cuma buat sekolah tinggi-tinggi". gak salah, bener banget kok lulusan SD juga bisa jadi orang pinter. prasyarat untuk menjadi orang pintar dan bisa memberi manfaat kan bukan hanya sekedar ijasah dan ketinggian sekolah seseorang. Jadi pertanyaan itu bisa jadi layak untuk dipertanyakan. Kenapa kamu mesti sekolah setinggi tingginya


Dengan kondisi saya sekarang, dimana saya bisa melihat banyak teman-teman saya telah cukup "sukses" di bidang kerja nya masing-masing, sedangkan saya masih disibukkan dengan "berproses". ya iya, bersekolah itu artinya berproses kan? Kalo saya sendiri akan dengan jelas menjawap pertanyaan "apa gunanya sekolah?" dengan jawaban sederhana, "Saya sekolah, hanya untuk membuktikan bahwa saya orang yang cukup bodoh tidak pintar". Setidaknya itulah yang saya rasakan dari menempuh perjalanan dari TK - SD - SMP - SMA - Strata 1 - Strata 2 dan diakhiri dengan jenjang Strata 3. Sekolah itu, memang tempatnya untuk mencari ilmu bergaul, semakin banyak kita mencari ilmu bergaul maka semakin terasa bahwa kita sampai kapanpun akan "gak pinter-pinter amat", selalu berada pada tahap "pencari ilmu" karena kata "pintar" itu akan selalu terlalu relatif untuk di predikatkan pada seseorang. Masih bingung? mari saya jabarkan satu persatu. 


Sebenarnya, ide mengenai pembuktian kebodohan ketidak pintaran ini baru terpikirkan ketika saya, Mr. Egg, pemuda belia polos dan menghargai sesama ini diharuskan mengikuti salah satu conference internasional yang diselenggarakan oleh salah satu Institut Teknologi terkemuka di Bandung (you know wich one, don't you?). Saya yang waktu itu masih berjenjang sarjana (sekarang juga masih kali Egg) diharuskan untuk hadir di suatu tempat dimana para peneliti (masyarakat akademik?) berkumpul untuk mempresentasikan hasil penelitian "wow" yang telah mereka lakukan di lokasi masing-masing. Saat itu, tidak hanya sekedar hadir, Mr. Egg ini juga mesti ikut mempresentasikan penelitiannya, yang Alhamdulillah telah terlaksana cukup baik dan menjanjikan. well, setidaknya itulah yang gw (saya maah formal teuing ahh, find-replace "saya" jadi "gw" aja kali yaak) rasakan pada saat itu. 

Percaya diri itu boleh, terlalu kepedean jangan, wkwkwkw. Apa yang gw temukan dalam konfrensi itu, adalah sesuatu yang sangat berbeda. okey, disclaimer dulu.. ini bukan konfrensi internasional pertama yang gw ikuti sebagai manusia (beberapa kali udah punya pengalaman menjadi panitia di acara-acara serupa). tapi sebagai partisipan yang melakukan presentasi, ini baru pengalaman pertama. Ahh yaudah, gausah panik., toh yang namanya presentasi itu juga kaan hanya sebuah proses "beridiri, jalan ke depan, napas, ngomong, selesai, balik ke tempat duduk", tapi ternyata apa yang gw rasakan di seminar kemarin itu benar-benar hal yang berbeda. karena. sederhananya. orang. yang. hadir. disana. itu semuanya "luar biasa". Iya, udah jadi naluri manusia untuk membandingkan diri dengan orang lain sebagai tolak ukur kualitas diri kan. Well yaah, namanya membandingkan, harus bersiap untuk terbanting. Karena yang gw liat dari konfrensi gw waktu itu adalah, semuanya orang berkualitas, yang mempresentasikan bahkan ilmu-ilmu yang belum pernah gua dengar sebelum nya. 

Jadi sekarang gw cuma pengen bilang untuk orang2 sombong yang ngerasa pintar diluar sana "yuk sekali kali main sama gw ke pertemuan ilmiah :)". Bapak-ku (ciiekan aku..) sering kali bernasihat "banyak baca, banyak belajar, dan jangan mau cuma jago kandang, diluar sana, banyak orang yang jauh lebih pintar dari orang-orang di lingkungan kamu". ternyata ini adalah maksudnya, baru pergi ke pertemuan ilmiah yang diadakan oleh institut luar aja udah terintimidasi gini. yaah apa boleh buat, itulah hidup, Allah akan mengajarkan segala sesuatu dengan cara-Nya. Iya, sejujurnya, kesan yang pertama tertangkap dari sana adalah perasaan sebagai inferior, Tapi masa iya perasan inferior tidak bisa dicarikan jalan keluar sebagai pembelajaran?

Itulah, tanpa menempuh jenjang pendidikan sampai setinggi ini, mungkin kesempatan gw untuk mengikuti konfrensi ini juga tidak akan ada. Karena kuliah sampai pada jenjang ini, kesempatan untuk bertemu dengan masyarakat akademis dari tempat lain menjadi cukup terbuka lebar. dan dengan pertemuan macam ini, pertukaran pikiran antar masyarakat akademis dari berbagai institusi secara internasional inilah yang akhirnya membuat keseimbangan ilmu antar institusi menjadi terjaga. Toh kemanfaatan ilmu itu baru bisa diraih apabila setiap orang berbagi ide dan manfaat. Ehh terus egg, sifat inferior lu gimana dong? lu biarin aja? kan lu ngerasa "pang bodo na" di suatu lingkungan baru, jelek dong? bukannya manusia harus percaya diri?

emm, gimana yaa? kalo gw siih,, manusia itu wajibnya "bersyukur" dan gak wajib merasa "percaya diri". Percaya diri kalo buat gw siih, bukan sesuatu yang harus diusahakan.. lah orang manusia aja tempatnya "salah" dan "lupa" mau sok-sokan percaya diri.. Ketusuk jarum kecil aja berdarah, naro kunci motor aja sering lupa.. jadi apa yang bisa dipercaya dari diri sendiri? kalo saya bisa bilang siih.. jawaban simple nya ya "gak ada". Lain ceritanya kalo manusia melakukan kewajibannya sebagai makhluk yang "bersyukur". iya, manusia tempat salah dan lupa, tapi untung aja Allah masih kasih kesempatan untuk melakukan sesuatu yang benar (antonim dari salah), Alhamdulillah, untung aja Allah masih kasih kesempatan untuk ingat (antonim dari lupa), Alhamdulillah. Karena hampir semua keberhasilan dan pencapaian yang kita peroleh sampai saat ini semuanya adalah pemberian Allah, masa percaya nya sama diri sendiri? percaya nya sama Allah dong. itukan alasan kenapa setiap kita mau melakukan hal kecil dan besar selalu diawali dengan permohonan kelancaran dari Allah? karena kita percaya Allah, bukan percaya diri.

laah Egg, kok ngomong nya jadi kemana mana? apa hubungannya sama sekolah itu tujuannya untuk membuktikan kebodohan? panjang amat basa basinya. Yaa jadi gini guys.. sekolah yang tinggi yang selama ini orang pikir itu sebagai salah satu sarana untuk "menjadi pintar", based on my personal experience siih tidak pernah gw dapatkan. justru sekolah yang tinggi akan menempatkan kita pada kesempatan-kesempatan special dimana kita akan "tidak merasa pintar", konfrensi tadilah contohnya. hahaha.. dimana disana saya justru merasa "pang bodo na" lamun kata orang sunda mah. pelajaran kuliah di kelas juga menunjukkan pola yang sama, kita duduk dengerin dosen menyampaikan materi kan karena kita percaya bahwa dosen kita itu bersifat lebih superior dari kita. dan kita berada di pihak inferior nya, secara bahasa bebas, dosen pinter.. dan kita bodoh tidak sepintar dosen. so guys.. you are not as smart as you think.. jangan percaya diri, percaya Allah aja.. 

Santai bray, tulisan ini bukan dibuat untuk membuat pembaca nya merasa pesimis. Hahaha karena Islam juga selalu mengajarkan untuk selalu bersifat optimis kan. Terus gimana caranya kita bisa merasa optimis dan "tidak pintar" disaat yang bersamaan? Pernah denger gak siih nasehat macam "Allah itu kan nilai amal dari niat, proses dan usahanya, bukan dari hasil akhirnya". Mungkin kita bisa berangkat dari sana? dimana pintar itu kan suatu hasil akhir, dan usaha belajar adalah prosesnya. So, Allah akan menilai proses belajar dan bukan kepintaran seseorang? I don't know for sure.. but.. orang yang merasa dirinya bodoh, pasti memiliki kesempatan yang jauuuuuuuh lebih luas untuk melakukan proses belajar. Belajar "proses tidak tahu menjadi tahu"; "proses mengubah keadaan bodoh menjadi pintar", tentu hanya bisa diperoleh dari orang yang merasa dirinya masih perlu untuk belajar.. karena kalo udah merasa paling tahu, ya ngapain belajar ? kalo ngerasa udah pintar, ya ngapain belajar ?

Jadi Egg, ngapain sekolah tinggi-tinggi? karena saya ingin ditempatkan pada suatu kondisi dimana saya merasa bodoh tidak pintar. Gw butuh ruang untuk terus belajar, dan kesempatan untuk merasa bodoh tidak akan saya lewatkan, karena disitulah adegan dimana saya bisa berproses.. dan dengan menekuni jalur pendidikan setinggi tingginya maka kesempatan untuk merasa bodoh itu akan sangaaat terbuka lebar. 



Feeling stupid has a higher responsibility, you need to learn a lot of things. your learning process will make you as human as possible, the imperfect version of you is the only proof that you are still human. But, it is also our nature to try for being as perfect as possible. So, feel stupid and learn whatever you want.

P.S. Konfrensi internasional-nya berjalan lancar, panitianya sukses, saya sangat menghargai pengalaman yang saya lalui disana.. walau saat presentasi bahasa inggris saya belepotan, tapi.. itu adalah usaha saya untuk membuat kalian mengerti bahwa tidak semua bahasa inggris akan dituturkan dalam aturan yang jelas, maka.. jangan lelah untuk belajar *eaa alasan aja lu egg. 

Feeling stupid yet? 
-Mr. Egg-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar