Selasa, 04 Februari 2014

... ,Angin, dan Gadis kecil

Gadis itu pun tersadar, Mungkin kah itu adalah aku? Si gadis malang pemburu pelangi itu, mungkinkah itu aku? Tapi aku tak terlalu peduli dengan dimensi diantara aku dan gadis itu. “Aku harus tetap menemukan pelangi” hanya itu yang bisa aku katakan dalam kelabu nya embun-embun ini.

Aku cukup yakin bahwa berdiam diri dalam gubuk tua ini takkan membuahkan apapun, aku harus tetap berlari apapun yang terjadi, walau tanpa arah? Ahh aku percaya pada hatiku. Keluar dari gubuk ternyata benar-benar bukan perkara yang mudah.. Aku takut,, tapi aku selalu tau... Menyerah bukanlah pilihan. Aku selalu tau apa yang aku rindukan.. Pelangiku.



Memang tidak mudah, berjalan di tengah kabut kelabu. Rasanya punggung-punggungku ikut bersekongkol memberatkan perjalananku, lupakan punggung, bahkan kaki yang selama ini menolongku berjalan maju pun ikut menolak dan lebih memilih berjalan kembali. Angin,, iya,, walau berkabut aku cukup yakin kalau ada angin yang bertiup mencakar cakar badan ku, ya mencakar-cakar tekad-ku.

Omong kosong, Tekad-ku takkan tercakar.. langkah-langkahku takkan berarti jika aku berhenti sekarang. Tapi kemana? Bahkan arah pun aku tak punya.. Aku  akan berjalan berputar-putar dalam kabut ini jika aku hanya berjalan, tanpa arah.

Angin,, bukankah angin akan selalu berhembus ke tempat yang lebih hangat? Yaa.. itu benar, aku harus mengikutinya.. mengikuti arah angin.. hanya itu petunjuk yang aku punya. Kupalingkan tubuhku, namun bukan berbalik. Kutelusuri arah angin, kulayangkan pandangku diantara kelabu nya kabut ini.. aku belum melihat apapun dalam pikirku.

Tapi ada yang berbeda, punggungku semakin ringan, langkahku semakin tegap, dan angin tak lagi menghalangi jalanku.. karena kita searah bahkan rasanya aku bersatu dengan angin. Aku paham. bahwa angin selama ini mengingatkan, Punggung- punggung ku pun tau, dan kaki-kaki ku adalah yang paling mengerti.. bahwa sebelumnya aku salah arah,, aku berjalan kearah yang tidak seharusnya.. kearah matahari yang takkan pernah terbit.

Kabut kelabu semakin memutih pucat, semakin aku berjalan semakin memucat, hingga kutemukan cahaya.. ya.. cahaya yang aku rindukan. Matahari. Tapi tidak dengan pelangi, aku belum menemukan nya. Sudahlah,, bahkan sejak aku berangkat dari rumahku aku tau, bahwa ini takkan mudah.

Angin masih berhembus pelan, membelai, menggerakkan rumput2 untuk menari. Bergoyang. Lalu rintik hujan mulai turun. Rasanya aku ingin menangis.. toh air mataku bisa bersatu dengan air hujan.

Benar saja.. Tampaknya angin tak pernah berbohong.. dia membawa hujan bersamanya untukku. Hingga dia terlihat, yang aku cari selama ini. Pelangiku.. Aku kembali bercengkrama, bernyanyi dengan nada-nada yang tak beraturan tapi tetap indah.. tetap tersenyum dan selalu bahagia bersamanya,, bersama pelangiku.


Angin ikut tersenyum,, tapi dia tak bisa berdiam diri,, dia harus berhembus atau hakikat nya sebagai angin akan hilang. Tapi dia ingin tetap disini berdiri melihat gadis itu memeluk pelangi mesra. Dia hanya berhembus berputar, berusaha bersatu dengan pelangi.
Gadis itu tetap gembira,, memeluk pelangi mesra.

Aku kembali tersadar,, tengah berdiri bersama angin,, memandang seorang gadis kecil tengah tersenyum bersama pelangi. gadis kecil itu pun berlari – lari di padang rumput yang hijau ditemani cahaya matahari yang lembut, bernyanyi – nyanyi walau kadang lirik yang ia nyanyikan salah atau nada yang tak beraturan tapi justru itu membuat aku tertawa – tawa kecil, indah :)

Aku Berjalan mendekati gadis kecil itu,, bercengkrama saling berbicara walau tak bertema tapi ntah mengapa kita dapat saling tersenyum bahagia,, bahagia sekali,, :)


Dan hal yang paling aku suka saat awal musim semi itu adalah cuaca yang masih terasa dingin tapi cahaya matahari dengan malu – malu mulai menggantikan kedinginan itu, bau daun yang mulai bersemangat untuk berfotosintes kembali, siulan burung – burung yang siap mewarnai langit biru dan pelanginya ditambah tingkah gadis lucu itu, indah :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar